Kamis, 06 November 2008

Impian AS, Mimpi RI


Kamis, 6 November 2008 | 01:11 WIB

Impian Martin Luther King Jr akhirnya menjadi kenyataan, 55 tahun kemudian, dengan terpilihnya Barack Obama menjadi presiden ke-44 AS. Dia menjadi presiden berkulit hitam pertama di AS.

Suatu hari, 28 Agustus 1963, di hadapan sekitar 200.000 orang dari pelbagai ras di dekat Loncoln Memorial, Washington DC, yang menuntut keadilan sama di hadapan hukum, Martin Luther King Jr menyampaikan pidatonya yang begitu kesohor, I Have A Dream.

Beginilah ia berkata dengan suara lantang: ”Saya mempunyai satu impian bahwa suatu hari setiap lembah akan ditimbun, setiap bukit dan gunung akan diratakan, tempat-tempat yang kasar akan dihaluskan, dan jalan-jalan yang berkelok-kelok akan diluruskan, dan (akhirnya) kemuliaan Tuhan akan dinyatakan serta seluruh umat manusia bersama-sama melihatnya.”

Pidato King itu mengungkapkan impian akan lahirnya sebuah bangsa yang menghormati dan memperlakukan seluruh anak bangsanya yang beragam etnik, agama, warna kulit, latar belakang, dan golongan secara sama.

Amerika selama ini mengklaim sebagai negara yang menjunjung tinggi prinsip dan nilai-nilai demokrasi. Akan tetapi, pidato King itu memberikan bukti lain. Dalam politik, pluralisme semestinya tidak berhenti hanya sampai pada wacana, tetapi perlu diwujudkan.

Di mana pun ada mainstream kendati secara resmi tidak ada eksklusivisme warna kulit, keturunan, dan agama. Di AS ada mainstream yang dominan, yaitu White, Anglo-Saxon, dan Protestant (WASP). Kepemimpinan puncak AS didominasi warga berdemografis WASP. Sejak tahun 1797 atau dari 43 presiden, belum ada satu perempuan presiden pun. Obama ada di luar mainstream itu. Kulitnya gelap, ayahnya asal Kenya, beragama Islam.

Baru 55 tahun kemudian, atau 145 tahun setelah Presiden Abraham Lincoln menyerukan penghapusan perbudakan, impian King terwujud ketika seorang keturunan Afrika-Amerika terpilih menjadi presiden: Barack Obama.

Obama didukung oleh berbagai lapisan masyarakat, baik kulit putih, hitam (terutama), Asia, Hispanik, maupun juga kaum perempuan dan anak-anak muda. Kemenangannya juga disambut hangat di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Terpilihnya Obama telah menegaskan bahwa AS adalah sebuah negara pluralis, semua golongan dengan berbagai pandangan dan kulturnya dihormati eksistensinya.

Negeri kita, Republik Indonesia, adalah negara yang menjunjung tinggi prinsip dan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika. Akan tetapi, harus dengan besar hati diakui bahwa toleransi atas keberagaman terus menghadapi masalah. Keberadaan RI dalam masyarakat Indonesia perlu diperhatikan agar selalu diletakkan sebagai republik pluralis. Republik pluralis RI bukan republik yang didasarkan kepentingan golongan. Bangsa ini terdiri atas beragam suku, etnis, agama, golongan, warna kulit, bahasa daerah, dan jender, tersebar di pulau-pulau besar dan kecil di persada Nusantara ini.

Republik pluralis bersifat terbuka tanpa memandang asal-usul dan warna pandangan atau keyakinan tiap orang. Kebebasan dalam menyuarakan pendapat harus dihormati dan tidak boleh dibatasi sejauh tidak mengganggu hak-hak orang lain. Itulah impian kita semua. Mimpi Indonesia! (ias)

Tidak ada komentar: