Kamis, 06 November 2008

Duo David di Balik Sukses Barack Obama



Kamis, 6 November 2008 | 03:00 WIB

fransisca romana

Sukses Barack Obama mengukir sejarah dengan terpilih sebagai presiden ke-44 Amerika Serikat dan presiden kulit hitam pertama dalam pemilu 4 November ini tidak bisa dilepaskan dari duo David di belakangnya. Keduanya adalah David Plouffe (41), sang manajer kampanye, dan David Axelrod (53), sang ahli strategi.

Axelrod dan Plouffe adalah inti tim Obama. Mereka membangun organisasi dari coretan-coretan, membuatnya terpadu, dan membawa pemahaman mengenai prosesnya. Jadilah tim kampanye Obama tim kampanye presiden dari Demokrat yang paling terorganisasi dengan baik dan memiliki pendanaan terbaik.

”Untuk manajer kampanye saya, David Plouffe, pahlawan tak dikenal dalam kampanye ini, yang membangun kampanye politik terbaik, saya kira, dalam sejarah Amerika Serikat,” ujar Barack Obama dalam pidato kemenangannya di Chicago kemarin.

”Untuk ahli strategi saya, David Axelrod, yang telah menjadi mitra saya dalam setiap langkah. Untuk tim kampanye paling kompak dalam sejarah politik. Kalian membuat ini terjadi, dan saya selamanya berterima kasih atas apa yang kalian korbankan untuk mewujudkannya,” kata Obama.

Pandangan tradisional Demokrat adalah kandidat presiden harus fokus di negara bagian kunci yang menjadi ajang perebutan suara, seperti Ohio dan Florida. Pasalnya, mereka tidak bisa menang di sekelompok negara bagian di selatan dan barat yang mendukung Republik selama beberapa dekade.

Namun, Plouffe dan Axelrod mendorong Obama menerapkan strategi untuk ”mencuri” suara di negara bagian Republik itu, sementara tetap mengandalkan negara bagian yang dimenangi John Kerry pada Pemilu 2004.

”Akan ada lebih banyak negara bagian yang memainkan peran dalam pemilu kali ini,” kata Axelrod seperti dikutip Wall Street Journal. Maka, ke negara bagian mana pun Plouffe dan Axelrod meminta Obama untuk pergi berkampanye, ke sanalah Obama pergi.

Sejak awal, Plouffe telah memperkirakan bahwa pertarungan di pemilihan pendahuluan bisa beralih menjadi perebutan delegasi. Lazimnya, kontes pemilihan pendahuluan mengandalkan momentum dan persepsi. Pemenang di negara bagian awal akan menarik media dan uang. Plouffe melihat bahwa dengan dua rival, Hillary Clinton dan John Edwards, yang lebih populer dan lebih banyak uang, delegasi yang diperebutkan bisa sangat menentukan.

Benarlah. Super Tuesday, pemilihan pendahuluan serentak di sekitar 22 negara bagian, dimenangi Obama. Dia terus melejit dan akhirnya mengalahkan Hillary, dan maju sebagai calon presiden AS dari Demokrat.

”Jika kami menjalankan kampanye konvensional dan terlihat seperti kandidat konvensional, kami kalah,” ujar Axelrod.

Celah baru

Axelrod, seorang konsultan media asal Chicago, cukup lama mengenal Obama, 16 tahun, dan lebih dikenal publik. Saat Obama memutuskan untuk maju sebagai calon presiden pada Januari 2007, nama Axelrod langsung dimasukkan dalam daftar tim suksesnya.

Selama empat tahun, Axelrod telah mengerahkan kru juru kamera yang melacak segala sesuatu tentang Obama dan apa yang telah dilakukannya di hadapan publik. Mereka berbincang dengan para veteran Perang Dunia II di selatan Illinois, mengunjungi desa nenek moyang ayah Obama di Kenya, dan bercakap-cakap dengan banyak sekali warga sipil.

Axelrod juga menangani kampanye Obama untuk menjadi anggota senat dari Illinois. Dia menjadi penasihat politik Obama paling dekat. Setiap hari mereka berbincang mengenai strategi memenangi pemilu.

Firma Axelrod, yang dijalankannya bersama Plouffe dan John Kupper, telah menangani sejumlah kampanye figur nasional dan negara bagian. Sejak bekerja untuk pencalonan Harold Washington di Chicago tahun 1987, Axelrod telah mengembangkan celah baru bagi konsultan politik: membantu kandidat kulit hitam meyakinkan pemilih kulit putih untuk memilih mereka.

Bagi Axelrod, menjalankan kampanye adalah ”menjual” kepribadian, bukan semata-mata ideologi. ”Ini adalah persoalan kepribadian dan bagaimana kita menjual kepemimpinan,” kata Saul Shorr, konsultan media.

Hindari publik

Tidak seperti Axelrod yang dikenal luas oleh publik, Plouffe cenderung menghindar dari publikasi. Dia sangat berhati-hati mengelola informasi, mengontrol kebocoran informasi, dan merilis informasi soal kampanye sesuai waktunya. Dia juga menolak wawancara mengenai dirinya dan meminta koleganya untuk bungkam.

Dia sangat serius menggarap negara-negara bagian yang bisa dimenangi Obama dalam pemilihan pendahuluan. Iowa, negara bagian pertama yang dimenangi Obama pada kaukus Demokrat, adalah buktinya. Kepada Obama, Plouffe meminta untuk tidak memedulikan jajak pendapat yang menunjukkan dia tertinggal 20 poin dari Hillary. Hasilnya, Obama menang besar.

Mendekati pemilu November, Plouffe menunjuk Virginia, yang tidak pernah memilih Demokrat sejak tahun 1964. ”Menangkan Virginia, dan selesai semuanya,” ujar Plouffe. Obama menang di Virginia dan jadi presiden AS.

Tidak ada komentar: