Minggu, 02 November 2008

"Leftist America" / Amerika Kiri


Para pendukung Barack Obama tampak menggigil menahan rasa dingin saat mendengarkan pidato senator Illinois itu dalam kampanye di Widener University, Chester, Pennsylvania


Sabtu, 1 November 2008 | 15:27 WIB
Oleh Jeffrey Johanes Massie

Tampaknya slogan ”change (we can believe in)” yang diusung Senator Barack Hussein Obama dalam kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat 2008 bukanlah sembarang retorika. Obama secara meyakinkan ingin mengubah AS menjadi sebuah negara yang berhaluan sama dengan paham politiknya, yakni ekstrem kiri (”leftist”).

Indikasi ini terbukti saat Obama berkampanye dan berinteraksi dengan seorang tukang leding bernama Joe Wurzelbacher di Ohio, beberapa pekan lalu. Obama mengemukakan idenya untuk menjalankan program ”redistribusi kekayaan”.

Wurzelbacher, yang belakangan terkenal dengan julukan ”Joe the Plumber”, dalam kesempatan itu melontarkan pertanyaan kepada sang capres perihal apakah pengusaha seperti dirinya akan menjadi korban dari rancangan paket pajak versi Obama.

Dijelaskan oleh Obama bahwa paket pajak yang dikampanyekannya bertujuan tidak untuk menghukum kesuksesan si tukang leding, tetapi akan digunakan meredistribusi kekayaan kepada orang lain (juga). Redistribusi kekayaan yang dimaksud Obama adalah ketika seseorang berpenghasilan di atas 250.000 dollar AS per tahun, yang bersangkutan akan dikenakan payroll tax (pajak penghasilan) sebesar 6,2 persen yang mana hasilnya akan dikompensasikan (baca: dihadiahkan) kepada mereka yang berpenghasilan lebih rendah (seperti kata Obama: ”spread the wealth around”).

Pengertian yang lebih sederhana atas program ”bagi-bagi uang” Obama ini adalah: mereka yang kreatif, inovatif, dan berkeringat harus membagi keuntungan kepada mereka yang tidak berkeringat dan yang umumnya lebih banyak bersandar pada program social welfare (tunjangan sosial) pemerintah. Tidak berlebihan jika program Obama tersebut di atas rasanya sinkron dengan statement pencetus komunisme Karl Marx, ”from each according to his ability, to each according to his need” (yang mana terjemahan kasarnya mungkin berbunyi: ”dari seseorang sesuai kemampuannya, kepada seseorang sesuai kebutuhannya”).

Kelompok William Ayers

Indikasi lain yang menguatkan Obama sebagai seorang ”leftist” yang membawa ”change” ke dan di AS adalah kedekatannya dengan sejumlah aktivis radikal era 1960-an yang tergabung dalam The Weatherman (belakangan jadi The Weather Underground).

William Ayers dan Bernardine Dohrn yang dikenal sebagai pendiri The Weathermen adalah beberapa nama yang sering dikaitkan dengan kegiatan awal politik Obama di Chicago. The Weatherman sendiri adalah kelompok yang secara gamblang memublikasikan platform politik mereka, yaitu untuk mencapai ”penghancuran imperialisme AS serta untuk mencapai sebuah dunia yang tidak mengenal perbedaan kelas, yakni komunisme global”. Kedua tokoh utama The Weathermen, Ayers dan Dohrn, dikenal sebagai pelaku utama di balik rangkaian pengeboman di dalam negeri AS—sebagai bentuk protes atas keterlibatan pasukan AS dalam Perang Vietnam.

Dalam laporan FOX News, ”Newly Released Documents Highlight Obama’s Relationship With Ayers”, (26 Agustus, 2008) jelas bahwa kedua pribadi ini punya hubungan cukup erat. Keduanya dilaporkan pernah bersama-sama aktif dalam mengurus yayasan yang bergerak dalam bidang reformasi pendidikan di Chicago tahun 1990-an. Bahkan, pada tahun 1995, di rumah Ayers, karier politik Obama diorbitkan untuk bertarung sebagai senator dengan menyelenggarakan acara informal ”perkenalan atas si kandidat” yang belum dikenal.

Menyusul kontroversi akan kedekatannya dengan Ayers, Obama—yang terpilih menjadi Senator Negara Bagian Illinois pada tahun 1997—mengklaim bahwa hubungannya dengan Ayers hanya sebatas teman. Dia tidak menyetujui aksi-aksi terorisme yang pernah dilakukan Ayers dan anggota The Weatherman yang lain.

Obama juga dekat dengan the Association of Community Organizations for Reform Now (ACORN). ACORN adalah sebuah organisasi sosial beranggota 350.000 orang yang mengadvokasi dan memperjuangkan banyak hal, antara lain kredit rumah bagi keluarga tidak mampu (kebanyakan warga minoritas) serta jaminan kesehatan dan layanan bersifat politis untuk mendaftarkan para pemilih di suatu wilayah guna mendapatkan hak pilihnya (voter registration).

Menurut paparan Stanley Kurtz di harian New York Post, ”O’s Dangerous Pals” (29 September, 2008), ACORN sering berargumen ”demi keadilan kepada kelompok minoritas” guna memperoleh bantuan ratusan juta dollar AS untuk disalurkan kepada anggota mereka yang punya sejarah kredit tak memuaskan.

Sehubungan dengan kaitan antara Obama dan ACORN, Walsh mengupas bahwa Senator Illinois itu pernah bekerja sebagai pelatih kepemimpinan (leadership trainer) para aktivis ACORN dan menjadi pengacara organisasi ini dalam sebuah kasus gugatan atas ACORN di Illinois. Awal tahun ini Obama dilaporkan menyumbang 800.000 dollar AS kepada ACORN guna menunjang kegiatan sosial untuk mengajak warga berpartisipasi dalam pemilu. Konfirmasi akan kedekatan ACORN dan Obama semakin jelas ketika ACORN yang ’seharusnya’ nonpartisan mendeklarasikan dukungannya terhadap Obama sebagai capres AS.

Perkawinan sesama jenis

Senada dengan ACORN, dukungan atas Obama juga mengalir dari aktivis dan organisasi prohomoseksual yang banyak tersebar di AS. Bahkan, di situs web resmi pasangan Obama-Biden ada sebuah seksi khusus yang mendiskusikan posisi politik Obama tentang isu lesbian, gay, biseksual, dan transjender (pride.barackobama.com).

Dalam kajian ”Married to Redefining Marriage”, yang ditulis kolumnis Rich Lowry pada 23 Mei 2008 di majalah National Review, Obama dianggap sebagai capres AS pertama yang mendukung perkawinan sesama jenis (same sex marriage). Sikap Obama ini berbeda dengan kolega satu partainya yang menjadi capres 2004, John Kerry, yang terkenal liberal. Obama dengan posisinya ini, kata Lowry, bahkan membuat Kerry tampak seperti seorang konservatif.

Berkaitan masalah biologis lainnya adalah isu klasik tentang aborsi yang selalu jadi perdebatan politik di AS. Posisi Obama sangat jelas mendukung penuh hak untuk aborsi. Bahkan, posisi politiknya untuk isu yang satu ini terkenal sangat ekstrem.

Dalam editorial harian The washington Post, ”Obama’s Abortion Extremism” (2 April, 2008), karya Michael Gerson, disebutkan bahwa saking ekstremnya sikap Obama akan aborsi sehingga dirinya pun mendukung partial- birth abortion (aborsi terhadap bayi yang secara struktural telah terbentuk). Banyak pihak menyamakan sikap Obama ini sebagai persetujuan atas infanticide (praktik pembunuhan secara sengaja atas bayi).

Obama semenjak awal kariernya selalu mempertahankan sikapnya tentang aborsi. Namun, ketika Obama berbicara tentang nilai (values), mungkin hal ini pula yang menjadi kekurangan daripada janji perubahan (change) yang selalu dikatakannya. Perubahan bisa menjadi sebuah retorika yang sangat menjual dan memikat jutaan pemilih. Namun, nilai adalah sesuatu yang sangat luhur, yang tidak patut untuk dipolitisasi, dieksploitasi, dan dimanipulasi demi mendapatkan benefit politik. Nilai adalah sesuatu yang inheren bagi seorang politisi, apalagi bagi seorang politisi Barat yang pernah tinggal dan dibesarkan di Timur.

Jeffrey Johanes Massie Anggota Komisi I DPR RI

Tidak ada komentar: