Sabtu, 08 November 2008

JOE BIDEN, "OTAK" URUSAN LUAR NEGERI



Sabtu, 8 November 2008 | 01:45 WIB

Ada dua alasan utama mengapa presiden AS terpilih, Barack Obama, memilih Joseph Biden (65) sebagai wakil presiden AS. Pertama, Biden diharapkan menjadi arsitek sekaligus pemelihara kebijakan luar negeri AS. Kedua, Biden sesungguhnya adalah seorang juru kampanye yang tangguh, energik, tetapi tenang dan berwibawa.

Untuk alasan yang pertama, khalayak sudah tahu bahwa Biden kenyang pengalaman dan punya pengetahuan yang luas perihal hubungan luar negeri. Ibaratnya, nomor kontak seorang Biden dimiliki oleh para pemimpin dunia. Dia merupakan jaminan mutu bagi Obama.

Namun, latar belakang kepribadian Biden jarang sekali terungkap. Biden yang terlihat tenang, tapi menyimpan energi yang besar, itu menyimpan kenangan teramat pahit di awal-awal kehidupan pernikahannya. Pengalaman itu rupanya justru menjadi obor motivasi sepanjang hidupnya.

Saat baru saja terpilih menjadi anggota Senat AS awal tahun 1972, ia harus kehilangan istri dan bayi perempuannya, Neila dan Amy, dalam kecelakaan mobil sepekan menjelang Natal tahun itu. Dua anak laki-lakinya, Beau dan Hunter, cedera parah.

Sejak tragedi itu, ia memilih pergi ke Washington dari tempat tinggalnya di Delaware dengan kereta api tiap hari. Ia sempat mengalami keterpurukan sebelum akhirnya menikah lagi dengan Jill Tracy Jacobs dan dikaruniai seorang anak, Ashley.

Dalam beberapa kali wawancara, ia mengaku butuh beberapa lama untuk bangkit. Kejadian itu mengajarinya banyak hal, salah satunya ketegaran. Jadilah ia seseorang yang kuat, tenang, tapi penuh keyakinan.

”Tidak ada alasan untuk tidak bangkit dan hidup kembali. Kenangan terhadap merekalah yang membuat saya bangkit dengan kehidupan berkualitas,” kata Biden.

Berdarah Irlandia dan pemeluk Katolik taat, Biden tumbuh di Scranton, Pennsylvania, bekas daerah penghasil baja dan pertambangan yang surut setelah keterpurukan industri di pertengahan abad ke-20. Kondisi itu mengharuskan keluarga Biden pindah ke Delaware saat usianya baru 10 tahun.

Saking miskinnya keluarga Biden, mereka pindah tanpa alas kaki. Namun, persentuhannya dengan daerah industri dan kaum akar rumput Demokrat itu kini menjadikannya ”pendamping” sekaligus daya tarik bagi pemilih Obama di kalangan kelas pekerja.

Karier politik Biden di Senat AS kian matang. Jabatannya sebagai ketua komite hubungan luar negeri di Senat dinilai melegenda di kalangan koleganya. Dalam segala kondisi, ia sangat tenang, berwibawa, tetapi santun, termasuk saat mengkritik sejumlah kebijakan politik luar negeri Presiden George W Bush. Jabatan itu juga memberi kesempatan padanya untuk bertemu dengan sejumlah pemimpin dunia.

Saat AS menginvasi Irak tahun 2003, Biden pada awalnya mendukung ide itu. Namun, dia lalu berubah sikap karena AS dinilai kelewatan, termasuk saat menghukum mati Presiden Irak Saddam Hussein. Namun, ia termasuk di jajaran depan menetapkan mantan Presiden Serbia Slobodan Milosevic sebagai penjahat perang dan mengungkap misteri kekerasan di penjara Guantanamo.

”Senator Biden membawa suasana pragmatis serta pendekatan non-ideologis pada sejumlah masalah-masalah internasional. Dia mengerti pentingnya kepemimpinan AS, tapi sekaligus juga mengerti bagaimana membatasi hal itu. Kita bisa berharap sumbang sarannya bagi Irak, Iran, dan Rusia, persoalan yang kadang AS dan sekutunya tidak sejalan,” kata William Antholis dari Brookings Institution.

Prof Paul Herrnson dari University of Maryland menyatakan, pilihan Obama atas Biden sangat tepat. ”Pilihan Obama sangat brilian. Obama sangat kuat dalam kebijakan domestik, tetapi tidak pengalaman mengurusi masalah-masalah luar negeri. Biden adalah orangnya. McCain memilih dia karena semata-mata urusan politik, bukan benar-benar berdasar pilihan yang diinginkannya,” kata Herrnson. (BENNY DWI KOESTANTO)

Tidak ada komentar: