Kamis, 13 November 2008

Demokrasi "Paman Sam" di Mata Publik Indonesia



Barack Obama menyapa sejumlah orang saat berkampanye di Mack's Apples, Londonderry, New Hampshire, 16 Oktober 2008.
Kamis, 13 November 2008 | 06:08 WIB

Pemilihan Presiden Amerika Serikat menjadi tontonan yang menarik bagi masyarakat Indonesia. Berbagai kalangan, tua-muda, laki-laki-perempuan, pendidikan tinggi-rendah, antusias mengikuti pemberitaan tentang pemilu di Amerika Serikat.

Antusiasme itu ditangkap oleh jajak pendapat Litbang Kompas yang dilakukan sehari setelah Pemilu Amerika Serikat digelar 4 November lalu. Sebanyak 91,5 persen responden mengaku mengikuti pemberitaan pesta demokrasi di Negeri Paman Sam itu lewat media massa. Bahkan, 35,9 persen tidak mau ketinggalan berita barang sehari pun, merasa perlu untuk mengikutinya setiap hari.

Jika dilihat lebih jauh, ketertarikan untuk mengikuti pemberitaan pemilu di negara yang dijuluki ”adidaya” dan pelopor demokrasi ini merata di semua kalangan meskipun dengan derajat ketertarikan yang berbeda- beda. Laki-laki dan perempuan, misalnya, sama-sama menyukai pemberitaan Pemilu Amerika Serikat, tetapi terlihat bahwa proporsi jumlah laki-laki lebih banyak yang mengikuti.

Dilihat dari sisi pendidikan, makin tinggi pendidikan responden, makin intens mengikuti pemberitaan media tentang Pemilu Amerika Serikat. Sementara usia tidak berpengaruh pada ketertarikan mengikuti pemberitaan momen bersejarah di Amerika Serikat. Ini artinya, Pemilu Amerika Serikat menjadi konsumsi publik Indonesia, baik tua maupun muda.

Pidato kemenangan Barack Obama yang disiarkan, oleh televisi asing dan lokal, juga menjadi klimaks pemilu yang menarik untuk ditonton. Sebanyak 57,3 persen responden menyempatkan diri menontonnya pada 5 November, baik yang disiarkan langsung maupun tidak langsung oleh stasiun televisi.

Selain saat pemilu dan pengumuman pemenang, 88,7 persen responden juga menganggap proses pemilihan yang dijalani, mulai dari pencalonan lewat pemilu pendahuluan hingga penetapan calon dalam konvensi, menarik untuk diikuti. Demikian juga dengan debat calon presiden Amerika Serikat, diakui oleh 85,1 persen responden telah menyajikan sebuah tontonan yang menarik.

Dengan semua rangkaian pemilu yang telah berlangsung, Amerika telah menampilkan sebuah pergelaran demokrasi yang elegan. Penghargaan kepada lawan politik oleh Obama dan pengakuan kekalahan oleh McCain yang diberikan oleh kedua kandidat seusai pertarungan menjadi pameran demokrasi dan etika politik yang menarik.

Pesta Pemilu Amerika Serikat membuat 89,2 persen responden menilainya sebagai sebuah perhelatan pemilu yang demokratis, bahkan 39,7 persen menilainya sangat demokratis. Penilaian ini tidak berbeda antara mereka yang sudah pernah pergi ke Amerika Serikat dan yang belum pernah menginjakkan kaki di sana.

Tidak ada komentar: